I.
PENGERTIAN
RASIO SOLVABILITAS
Berdasarkan
buku “Analisis Kinerja Keuangan” milik Irham Fahmi menyebutkan definisi
analisis ‘Rasio Solvabilitas Merupakan gambaran kemampuan suatu perusahaan
dalam memenuhi dan menjaga kemampuannya untuk selalu mampu memenuhi
kewajibannya dalam membayar utang secara tepat waktu’.
Sedangkan
Menurut Kasmir dalam bukunya yang berjudul “Analisis Laporan Keuanngan” bahwa
Rasio Solvabilitas atau Leverage Ratio merupakan rasio yang digunakan untuk
mengukur sejauh mana aktiva perusahaan dibiayai dengan utang, artinya berapa
besar beban utang yang ditanggung perusahaan dibandingkan dengan aktivanya.
Dengan
demikian dapat saya simpulkan bahwa rasio solvabilitas itu adalah bagaimana
cara perusahaan agar mampu menjaga dan memenuhi kewajiban jangka pendek dan
jangka panjangnya.
II.
IMPLIKASI
RASIO SOLVABILITAS
Menurut Fred
Weston dalam buku Kasmir yang berjudul (Analisis Laporan Keuangan) rasio
solvabilitas memiliki beberapa implikasi sebagai berikut:
� Kreditor mengharapkan ekuitas
(dana yang disediakan pemilik) sebagai margin keamanan. Artinya jika pemilik
memiliki dana yang kecil sebagai modal, resiko bisnis terbesar akan ditanggung
oleh kreditor.
� Dengan pengadaan dana melalui
utang, pemilik memperoleh manfaat berupa tetap dipertahankannya penguasaan atau
pengendalian perusahaan.
� Bila perusahaan mendapat
penghasilan lebih dari dana yanng dipinjamkannya dibandingkan dengan bunga yang
harus dibayarnya, pengembalian kepada pemilik diperbesar.
Dalam praktiknya, apabila hasil
perhitungan, perusahaan ternyata memiliki rasio solvabilitas yang tinggi, hal
ini aakan berdampak timbulnya resiko kerugian lebih besar, tetapi juga ada
kesempatan mendapat laba lebih besar. Sebaliknya apabila perusahaan memiliki
rasio solvabilitas lebih rendah tentu mempunyai resiko kerugian lebih kecil
pula, terutama pada saat perekonomian menurun. Dampak ini juga mengakibatkan
rendahnya tingkat hasil pengembalian (return) pada saat perekonomian tinggi.
Dalam pengukuran rasio solvabilitas atau ratio leverage, dilakukan melalui 2
pendekatan, yaitu:
ö
Mengukur
rasio-rasio neraca dan sejauh mana pinjaman digunakan untuk permodalan.
ö
Melalui
pendekatan rasio-rasio laba rugi.
III.
TUJUAN
RASIO SOLVABILITAS
Pengaturan rasio yang baik akan
memberikan banyak manfaat bagi perusahaan bagi perusahaan guna menghadapi
segala kemungkinan yang akan terjadi. Namun semua kebijakan ini tergantung dari
tujuan perusahaan secara keseluruhan. Beberapa tujuan perusahaan dengan
menggunakan rasio solvabilitas yakni:
ß Untuk mengetahui posisi
perusahaan terhadap kewajiban kepada pihak lainnya (kreditor).
ß Untuk menilai kemampuan
perusahaan dalam memenuhi kewajiban yang bersifat tetap (seperti angsuran
pinjaman termasuk bunga).
ß Untuk menilai keseimbangan
antara nilai aktiva khususnya aktiva tetap dengan modal.
ß Untuk menilai seberapa besar
aktiva perusahaan dibiayai oleh utang.
ß Untuk menilai seberapa besar
pengaruh utang perusahaan terhadap pengelolaan aktiva.
ß Untuk menilai atau mengukur
berapa bagian dari setiap rupiah modal sendiri yang dijadikan jaminan utang
jangka panjang.
ß Untuk menilai berapa dana
pinjaman yang segera akan ditagih, terdapat sekian kalinya modal sendiri yang
dimiliki
ß Tujuan lainnya.
IV.
MANFAAT
RASIO SOLVABILITAS
Sementara itu, manfaat rasio
solvabilitas atau leverage ratio adalah sebagai berikut:
Ü
Untuk
menganalisis kemampuan posisi perusahaan terhadap kewajiban kepada pihak
lainnya.
Ü
Untuk
menganalisis kemampuan perusahaan memenuhi kewajiban yang bersifat tetap.
Ü
Untuk
menganalisis keseimbangan antara nilai aktiva khususnya aktiva tetap dengan modal.
Ü
Untuk
menganalisis seberapa besar aktiva perusahaan yang dibiayai oleh utang.
Ü
Untuk
menganalisis seberapa besar utang perusahaan berpengaruh terhadap pengelolaan
aktiva.
Ü
Untuk
menganalisis atau mengukur berapa bagian dari setiap rupiah modal sendiri yang
dijadikan jaminan utang jangka panjang.
Ü
Untuk
menganalisis berapa dana pinjaman yang segera akan ditagih ada terdapat sekian
kalinya modal sendiri.
Ü
Manfaat
lainnya.
Intinya adalah dengan analisis rasio
solvabilitas, perusahaan akan mengetahui beberapa hal berkaitan dengan
penggunaan modal sendiri dan modal pinjaman serta mengetahui rasio kemampuan
perusahaan untuk memenuhi kewajibannya. Setelah diketahui, manajer keuangan
dapat mengambil kebijakan yang dianggap perlu guna menyeimbangkan penggunaan modal.
Akhirnya, dari rasio ini kinerja manajeman selama ini akan terlihat apakah
sesuai tujuan perusahaan atau tidak.
V.
JENIS-JENIS
RASIO SOLVABILITAS
Biasanya penggunaan rasio solvabilitas
atau leverage disesuaikan dengan tujuan perusahaan. Artinya perusahaan dapat
menggunakan rasio leverage secara keseluruhan atau sebagian dari masing-masing
jenis rasio solvabilitas yang ada. Penggunaan rasio secara keseluruhan, artinya
seluruh jenis rasio yang dimiliki perusahaan, sedangkan sebagian artinya
perusahaan hanya menggunakan beberapa jenis rasio yang dianggap perlu untuk
diketahui. Dan terdapat beberapa rasio solvabilitas yang sering digunakan
perusahaan. Adapun jenis-jenis rasio yang ada dalam rasio solvabilitas antara
lain :
1.
Debt
to asset (debt ratio)/ total
utang terhadap total aktiva
Merupakan
rasio utang yang digunakan untuk mengukur perbandingan antara total utang
dengan total aktiva. Dengan kata lain, seberapa besar aktiva perusahaan
dibiayai oleh utang atau seberapa besar utang perusahaan berpengaruh terhadap
pengelolaan aktiva.
Dari
hasil pengukuran, apabila rasionya tinggi, artinya pendanaan dengan utang
semakin banyak maka semakin sulit bagi perusahaan untuk memperoleh tambahan
pinjaman karena dikhawatirkan perusahaan tidak mampu menutupi utang-utangnya
dengan aktiva yang dimilikinya. Demikian pula apabila rasionya rendah, semakin
kecil perusahaan dibiayai dengan utang. Standar pengukuran untuk menilai baik
tidaknya rasio perusahaan, digunakan rasio rata-rata industri yang sejenis.
2.
Debt
to equity ratio/ total utang terhadap modal
Merupakan
rasio yang digunakan untuk menilai utang dengan ekuitas. Rasio ini dicari
dengan cara membandingkan antara seluruh utang, termasuk utang lancar dengan
seluruh ekuitas. Rasio ini berguna untuk mengetahui jumlah dana yang disediakan
peminjam (kreditor) dengan pemilik perusahaan. Dengan kata lain, rasio ini
berfungsi untuk mengetahui setiap rupiah modaal sendiri yang dijadikan untuk
jaminan utang.
Bagi
bank (kreditor), semakin besar rasio ini akan semakin tidak menguntungkan
karena akan semakin besar resiko yang ditanggung atas kegagalan yang mungin
terjadi di perusahaan. Namun, bagi perusahaan justru semakin besar rasio akan
semakin baik. Sebaliknya dengan rasio yang rendah, semakin tinggi tingkat
pendanaan yang disediakan pemilik dan semakin besar batas pengamanan bagi
peminjam jika terjadi kerugian atau penyusutan terhadap nilai aktiva. Rasio ini
juga memberikan petunjuk umum tentang kelayakan dan resiko keuangan perusahaan.
Debt
to equity ratio untuk setiap perusahaan tentu berbeda-beda tergantung karakteristik
bisnis dan keberagaman arus kasnya. Perusahaan dengan arus kas yang stabil
biasanya memiliki rasio yang lebih tinggi dari rasio kas yang kurang stabil.
3.
Long
term debt to equity ratio/ rasio utang jangka panjang terhadap modal
Merupakan
rasio antara utang jangka panjang dengan modal sendiri. Tujuannya adalah untuk
mengukur berapa bagian dari setiap rupiah modal sendiri yang dijadikan jaminan
utang jangka panjang dengan cara membandingkan antara utang jangka panjang
dengan modal sendiri yang disediakan oleh perusahaan.
Rumusan
untuk mencari Long term debt to equity ratio adalah dengan menggunakan
perbandingan antara utang jangka panjang dengan modal sendiri
4.
Times
interest earned/ Rasio kelipatan bunga yang dihasilkan
Menurut
J. Fred Weston Times interest earned merupaka rasio untuk mencari jumlah kali
perolehan bunga. Rasio ini diartikan oleh James C. Van Horne juga sebagai
kemampuan perusahaan untuk membayar biaya bunga, sama seperti coverage ratio.
Jumlah
kali perolehan bunga atau times interest earned merupakan rasio untuk mengukur
sejauh mana pendapatan dapat menurun tanpa membuat perusahaan merasa malu
karena tidak mampu membayar biaya bunga tahunannya. Apabila perusahaan tidak
mampu membayar bunga, dalam jangka panjang menghilangkan kepercayaan dari para
kreditor. Bahkan ketidakmampuan menutup biaya tidak menutup kemungkinan akan
mengakibatkan adanya tuntutan hukum dari kreditor. Lebih dari itu, kemungkinan
perusahaan menuju ke arah pailit semakin besar.
Secara
umum semakin tinggi rasio semakin besar kemungkinan perusahaan dapat membayar
bunga pinjaman dapat menjadi ukuran untuk memperoleh tambaha pinjaman baru bagi
kreditor. Demikian pulasebaliknya apabila rasionya rendah, semkain rendah pula
kemampuan perusahaan untuk membayar bunga dan biaya lainnya.
Untuk
mengukur rasio ini, digunakan perbandingan antara laba sebelum bunga dan pajak
dibandingkan dengan biaya bunga yag dikeluarkan. Dengan demikian, kemampuan
perusahaan untuk membayar bunga pinjaman tidak dipengaruhi oleh pajak.
5.
Fixed
charge coverage/ lingkup biaya tetap
Merupakan rasio yang menyerupai times interest earned ratio. Hanya
saja perbedaannya adalah rasio ini dilakukan apabila perusahaan memperoleh
utaang jangka panjang atau menyewa aktiva berdasarkan kontrak sewa (lease
contract). Biaya tetap merupakan biaya bunga ditambah kewajiban sewa tahunan
atau jangka panjang.
mana footnote dan daftar pustakanya
BalasHapusKomentar ini telah dihapus oleh administrator blog.
BalasHapus