Selasa, 28 Januari 2014

pengertian prosedur dan sistem rekrutment dan seleksi



Pengertian, Prosedur, dan Sistem Rekrutmen Dan Seleksi
Rekrutmen adalah proses mencari, menemukan, mengajak dan menetapkan sejumlah orang dari dalam maupun dari luar sekolah sebagai calon tenaga kerja dengan karakteristik tertentu seperti yang telah ditetapkan dalam perencanaan sumber daya manusia.

Tujuan dari rekrutmen adalah mendapatkan calon karyawan sebanyak mungkin sehingga memungkinkan pihak manajemen (recruiter) untuk memilih atau menyeleksi calon sesuai dengan kualifikasi yang dibutuhkan oleh sekolah. Semakin banyak calon yang berhasil dikumpulkan maka akan semakin baik karena kemungkinan untuk mendapatkan calon terbaik akan semakin besar.

Hasil yang didapatkan dari proses rekrutmen adalah sejumlah tenaga kerja yang akan memasuki proses seleksi, yakni proses untuk menentukan kandidat yang mana yang paling layak untuk mengisi jabatan tertentu yang tersedia di sekolah. Seleksi adalah proses penentuan, pemilihan dan penetapan orang orang tertentu yang akan diterima sebagai tenaga baru/ pegawai setelah terlebih dahulu diadakan proses rekrutmen.

Pelaksanaan rekrutmen dan seleksi merupakan tugas yang sangat penting, krusial, dan membutuhkan tanggung jawab yang besar. Hal ini karena kualitas sumber daya manusia yang akan digunakan sekolah sangat tergantung pada bagaimana prosedur rekrutmen dan seleksi dilaksanakan.

Paradigma Rekrutmen dan Seleksi
Ditengah keterpurukan pembangunan ekonomi bangsa ini sangatlah dibutuhkan generasi baru yang mempunyai kesiapan mental untuk berbuat, bertindak secara konkrit (bekerja) yang dibarengai dengan kecerdasannya. Ada banyak cara pandang dalam melihat, memahami bahkan membentuk manusia itu sendiri karena dia diciptakan dengan potensi yang komplek dan tergantung paradigma yang dipakai dalam mendidiknya dan membuatnya belajar, termasuk dalam hal ini adalah paradigma yang dipakai dalam melakukan proses rekrutmen dan seleksi pegawai baru.

Dalam amatan penulis berikut beberapa paradigma yang bisa dijadikan pedoman dalam melakukan rekrutmen dan seleksi dalam kaitannya dengan tindakan kerja :
a. Human Thingking
Adalah paradigma yang hanya memahami pelamar hanya dari dimensi berfikir saja sehingga dalam proses mencari dan menentukan pilihan hanya dan murni berlandaskan pada sejauh mana kemampuan analisa, menyimpulkan, dan kreativitas alternatif- alternatif untuk menyelesaikan masalah yang dia hadapi sehingga hubungannya hanya dipandang dari relasi berfikir saja.
b. Human Working
Adalah cara pandang yang hanya memahami calon pelamar dari dimensi kerjanya saja. Cara pandang ini melihat dam memahami manusia hanya dari kesiapan mentalnya untuk bekerja dan melakukan segala sesuatu secara konkrit segala hal yang telah direncanakan dan ditetapkan sebelumnnya oleh sekolah, tidak mesti pintar yang penting kuat untuk bekerja.
b. Human Original
Cara pandang seperti ini dalam proses rekrutmen dan seleksi hanya akan mencari dan memilih orang yang belum berpengalaman sama sekali, tidak mesti pintar yang penting bisa dibina, diarahkan dan dibentuk melalui upgreding SDM sekolah.

Alasan-alasan Dasar Rekrutmen dan Seleksi
Rekrutmen di laksanakan dalam suatu organisasi karena kemungkinan adanya lowongan (vacancy) yang beraneka ragaman alasan, antara lain:
• Berdirinya organisasi baru
• Adanya perluasan kegiatan organisasi
• Terciptanya pekerja-pekerja dan kegiatan-kegiatan baru
• Adanya pekerja yang pindah ke organisasi lain
• adanya pekerja berhenti, baik dengan hormat maupun tidak hormat sebagai tindakan positif
• adanya pekerja yang berhenti karena memasuki pension
• adanya pekerja yang meniggal dunia

Faktor-faktor Rekrutmen dan Seleksi
Jalannya suatu organisasi sangat di pengaruhi oleh lingkungan. Terdapat tiga faktor lingkungan yang mempengaruhi kebijaksanaan-kebijaksanaan dan praktek-pratek rekrutmen, terutama di sektor publik yakni:
1) Economic Condition
Factor ekonomi sangat mempengaruhi rekrutmen karena akan menentukan penawaran para pelamar bagi pekerja-pekerjaan pemerintah. Perekonomian yang stabil akan mengurangi pemberhetian-pemberhentian di badingkan dengan pekerjaan-pekerjaan di sektor swata.
2) Political Factor
Faktor-faktor politik mempengaruhi rekrutmen karma adanya kemungkinan terjadinya prioritas-prioritas program pembangunan, yang pada gilirannya akan mempengaruhi permintaan dan penawaran relative bagi berbagai pekerjaan.
3) Peraturan-peraturan dan Keputusan-keputusan pengadilan
Peraturan-peraturan Affirmatif Action dan keputusan-keputusan pengadilan juga mempengaruhi proses rekrutmen peraturan-peraturan itu menuntut agar instansi-instansi pemerintah untuk lebih terbuka perihal bagaimana mengiklankan lowongan-lowongan kerja.

Sistem Rekrutmen dan Seleksi
Rekrutmen dan seleksi pada dasarnya adalah bagian dari program pengadaan tenaga kependidikan yang baru di sebuah lembaga pendidikan, upaya rekrutmen dan seleksi dalam sebuah organisasi dilaksanakan oleh suatu panitia yang ditetapkan oleh SK kepala sekolah, rektor atau apapun namanya dari pimpinan tertinggi dari sebuah organisasi pendidikan. Komposisi dan kepanitiaan melekat pada jabatan yang berkaitan dengan bidang pekerjaan kepegawaian.

Secara umum tipologi sistem rekrutmen dan seleksi dapat dilaksanakan dengan dua cara:
1. Sistem Langsung
Sistem rekutmen dan seleksi semacam ini adalah sistem yang menerima secara langsung terhadap seorang tenaga baru dengan langsung memberikannya SK dari pimpinan tertinggi atau yang bertangung jawab. Adapun bentuk- bentuknya dapat dikategorikan sebagai berikut:
a. Pemupukan ekternal
b. Pemupukan internal
c. Bentuk terbuka
d. Bentuk tertutup
2. Sistem Tidak Langsung
Sistem ini adalah sistem rekrutmen dan seleksi yang menerima secara tidak langsung terhadap tenaga baru dengan langsung memberikannya SK tetapi SK diberikan setelah tenaga baru melewati masa orientasi yang berfungsi evaluatif selektif dalam jangka waktu tertentu. Adapun bentuknya meliputi:
a. Orientasi selektif
Adalah proses orientasi beberapa orang yang telah diterima untuk bekerja di lembaga namun masih berada dalam bingkai untuk memilih yang terbaik. misalnya setelah A, B dan C dinyatakan diterima untuk bekerja tidak langsung mendapatkan SK dari pimpinan sehingga statusnya bukanlah pegawai tetap. Mereka terlebih dahulu diorientasi dalam waktu satu tahun untuk dievaluasi atau dinilai kinerjanya untuk kemudian dipilih yang terbaik dan sesuai kebutuhan organisasi yang kemudian barulah mereka mendapatkan SK setelah dinyatakan benar- benar diteerima dengan terbitnya SK dari pimpinan tinggi.
b. Orientasi akumulatif
Adalah proses orientasi beberapa orang yang telah benar- benar diterima semuanya dengan tujuan hanya untuk mengenalkan dan memantapkan cara berfikir dan bertindak mereka sesuai dengan visi dan misi lembaga.


Dipublikasikan Oleh:
M. Asrori Ardiansyah, M.Pd
Pendidik di Malang

apa itu perencanaan layout



Perencanaan Layout

1     Jenis-jenis bangunan
Secara umum, bangunan-bangunan dapat dibedakan menjadi :
U  Bangunan Berlantai Tunggal
Bentuk bangunan berlantai tunggal merupakan jenis yang palinng umum sekarang. Bangunan ini dapat melebar atau memajang sesuai kebutuhan dan dapat dengan mudah diperluas. Bangunan berlantai tunggal tidak mempunyai tangga-tangga, lift atau lerengan yang menghubungkan lantai-lantai. Pengangkutan bahan-bahan dari satu tahapan proses ke tahapan berikutnya lebih mudah dan tidak mahal karena dilakukan secara horizontal dan tidak naik turun. Peralatan-peralatan berat dapat diletakkan diatas fondasi yang terpisah dan biaya pembangunannya lebih murah.
Ada beberapa kelemahan bentuk bangunan berlantai tunggal. Bentuk bangunan ini memerlukan ruangan dasar yang lebih luas. Dan bila atap berbentuk datar serta tidak ada kaca pada langit-lanngit bangunan, diperlukan penerangan artifisial dihampir seluruh bagian pabrik. Sistem ventilasi dan pendingin udara (air conditioning) biasanya juga diperlukan.
U  Bangunan Bertingkat dan Arsitektur
Perkembangan arsitektur fasilitas dapat mempunyai dampak penting pada struktur biaya tetap dan variabel bangunan, seperti juga pada sikap para karyawan yang bekerja didalamnya. Karena sifat banyak industri dan karena investasi tetap yang sangat besar pada pabrik fisik banyak organisasi telah menggunakan pendekatan “kegunaan” terhadap bentuk dan esain fasilitas-fasilitas produksi mereka. Bagaimanapun juga, segala sesuatu telah  berubah dengan cepat banyak organisasi sekarang menghabiskan jauh lebih banyak dananya untuk merancang fasilitas-fasilitas mereka, dan mencoba untuk membuatnya baik secara fungsional ekonomis maupun secara arsitekur menarik.
Harga tanah yang terus naik akan memaksa perusahaan untuk membangun gedung bertingkat supaya dapat memanfaatkan semaksimal mungkin setiap meter persegi tanah. Hal ini tentu saja mengandung konsekuensi-konsekuensi, seperti penanganan bahan dalam pabrik akan lebih sukar, penerangan alam berkurang, dan sulit diperluas. Bangunan bertingkat lebih sesuai untuk organisasi-organisasi jasa, dimana bahan dan peralatan cukup ringan.
Bangunan juga dapat dirancang untuk menarik para karyawan, agar motivasi dan poduktivitas mereka lebih tinggi dalam pencapaian tujuan. Ini ditandai semakin meluasnya penggunaan karpet, dinding kayu, dan tata warna yang dikoordinasikan secara baik dalam bangunan-bangunan kantor. Bangunan adalah salah satu fasilitas yang paling produktif.
Bentuk-bentuk bangunan lainnya yang berkembang akhir-akhir ini adalah bangunan bawah tanah, bangunan tipe-kampus, bangunan dengan tempat-tempat terbuka, dan bentuk-bentuk khusus(seperti bentuk gergaji dan berdinding kaca). Bentuk bangunan bawah tanah biasanya untuk tempat penyimpanan barang (gudang) ataupun tempat parkir. Bangunan tipe- kampus mempunyai taman yang terawat, tempat-tempat terbuka, dan bahkan lapangan olahraga, dan terdapat beberapa bangunan. Pabrik tipe- kampus memberikan kenyamanan, perasaan lapang, tetapi memerlukan tanah yang luas dan biaya pembangunannya lebih mahal.
2     Faktor-faktor dalam Pertimbangan

Desain bangunan dan fasilitas lainnya harus direncanakan dan diperhitungkan sebaik-baiknya. Berbagai faktor penting lainnya antara lain sebagai berikut :
*      Biaya-biaya bangunan. Biaya fasilitas baru tergantung pada keperluan. Biaya-biaya tertentu saja berbeda-beda untuk daerah yang berbeda pula. Luas lantai yang diperlukan untuk mesin, perelatan , gerak karyawan dan sebagainya akan berpengaruh pada biaya per unit meter persegi. Perusahaan-perusahaan yang membangun pabrik baru dapat menerapkan perbaikan-perbaikan untuk menurunkan biaya;
1)      Penanganan bahan
2)      Supervisi
3)      Pemeliharaan
4)      Persediaan
5)      Pengiriman
6)      Asuransi
Penerangan biasanya juga dapat diperbaiki sehingga biayanya dapat ditekan. Semangat kerja karyawan dan kualitas produk meningkat, sehingga biaya tenaga kerja per unit produk turun.
*      Sistem komunikasi dalam pabrik. Dalam pabrik, para karyawan sering harus berkomunikasi satu dengan yang lain untuk memberikan dan menerima perintah atau pengarahan, serta mengirim dan menerima laporan-laporan dan berbagai pengarahan tertulis. Berbagai contoh peralatan komunikasi adalah sistem telephone atau intercom internal, komputer, kotak-kotak pelaporan kartu kerja (disebut “transactors”) radio dan televisi, dan sebagainya. Pemilihan sistem komunikasi ini akan mempengaruhi disain fasilitas.
*      Keamanan. Desain fasilitas perlu dipertimbangkan perlindungan terhadap desain-desain produk , formula-formula, dan rahasia-rahasia organisasi, serta kekayaan organisasi. Kamera-kamera televisi dapat ,membantu untuk memonitoring keadaan keamanan organisasi, selain sistem alarm atau peralatan tanda-tanda bahaya lainnya. Disamping itu perlindungan terhadap bahaya kebakaran internal juga penting sebagai pertimbangan keamanan.
*      Kebutuhan - kebutuhan ruangan. Desain fasilitas juga penting mempertimbangkan masing-masing kebutuhan ruangan untuk mesin, produk, ruang pelayanan  dan overhead. Ruang-ruang pelayanan seperti kebutuhan kamar mandi, ruang ganti pakaian, cafetaria, fasilitas-fasilitas kesehatan, ruang peralatan, persediaan dan sebagainya adalah penting sebagai fasilitas-fasilitas pendukung operasi-operasi manufacturing.
*      Peralatan penanganan bahan. Jenis peralatan penanganan bahan yang digunakan akan mempenngaruhi desain fasilitas. Pengangkutan bahan dengan truk atau fork lift memerlukan gang-gang yang lebih luas daripada dengan ban berjalan. Sedangkan overhead cranes memerlukan ruangan terbuka yang lebih luas.  
3     Desain Layout Fasilitas

Layout fasilitas harus dirancang untuk memungkinkan perpindahan yang ekonomis dari orang-orang dan bahan-bahan dalam berbagai proses dan operasi perusahaan. Jarak angkut hendaknya sependek mungkin dan pengambilan serta peletakan produk-produk dan peralatan- peralatan diminimumkan. Hal ini seharusnya menghasilkan minimisasi biaya penanganan dan transportasi, seperti juga penurunan waktu proses kerja dan mesin menggangur.
Penentuan layout peralatan dan proses produk meliputi pengaturan letak fasilitas-fasilitas operasi termasuk mesin-mesin, personalia, bahan-bahan, perlengkapan untuk operasi, penanganan bahan (material  handling), semua peralatan serta fasilitas untuk terlaksananya proses produksi dengan lancar dan efisien. Penentuan letak fasilitas-fasilitas produksi daam pabrik erat hubungannya dengan pendirian bangunan pabrik (building). Sering layout ditentukan lebih dahulu sedang bangunan menyesuaikannya. Bangunan yang sudah didirikan ini akan mahal bila diubah, ini berarti harus diusahakan seflexsibel mungkin, karena kemungkinan besar perusahaan harus melakukan relayout dengan adanya perubahan permintaan, penemuan produk baru, proses produksi baru, perubahan metode kerja, fasilitas-fasilitas produksi yang out of date, kecelakaan-kecelakaan dalam proses produksi lingkungan kerja yang terlalu pengab dan sebagainya.
Tujuan layout peralatan dan proses produksi pada hakekatnya merupakan optimasi pengaturan fasilitas-fasilitas opersai sehingga nilai yang diciptakan oleh sistem produktif maksimum. Selain itu perlu pula dipenuhi kebutuhan para karyawan dalam menjalankan proses produksi. Secara lebih terperinci, layout fasilitas bertujuan untuk menggunakan ruangan yanng tersedia seefektif mungkin, meminimumkan biaya penanganan bahan dan jarak angkut, menciptakan kesinambungan dalam proses produksi, menyederhanakan proses produksi, mendorong semangat dan efektifitas kerja para karyawan, menjaga keselamatan karyawan dan barang-barang yang sedang diproses, serta menghindari berbagai bentuk pemborosan.        
4     Macam-macam Layout

Terdapat 4 macam pola dasar umum layout. Pertama, Layout Fungsional yang berkenaan dengan pengelompokan mesin-mesin dan peralatan-peralatan sejenis pada suatu tempat(pusat) yang melaksanakan fungsi-fungsi yang sama. Kedua, Layout Produk berkenaan dengan pengelompokan mesin-mesin dan peralatan-peralatan yang diperlukan untuk membuat produk-produk tertentu berdasarkan atas urutan proses produksi, dimana produk-produk bergerak secara terus menerus sebagai dalam suatu garis perakitan. Layout produk berorientasi pada produk yang sedang dibuat untuk mencapai volume produksi yang tinggi.
Ketiga, Layout Kelompok kadang-kadang diperlakukan sebagai macam layout yang terpisah, merupakan suatu variasi dari layout produk. Dalam layout kelompok bagian-bagian dan komponen-komponen produk yang sedang dibuat dikelompokkan menjadi semacam keluarga, dan berbagai area atau departemen dipisah-pisahkan untuk mengerjakan hanya komponen-komponen tersebut dapat melakukan segala sesuatu yang dibutuhkan untuk membuatnya selesai.
Keempat Layout Posisi Tetap menempatkan produk-produk kompleks yang sedang dirakit pada suatu tempat, seperti pembuatan pesawat Boeing 747, kapal dan sebagainya. Kebanyakan perusahaan menggunakan secara kentara satu atau lebih pola-pola layout ini, tetapi mungkin juga mencakup semua macam layout pada berbagai derajat.
                    1.        Layout Fungsional

Layout fungsional (kadang-kadang disebut layout proses atau job lot) adalah pengelompokan bersama mesin-mesin dan personalia untuk melaksanakan pekerjaan yang serupa atau sejenis. Penggiliangan dilakukan disuatu departemen penggilingan, pengecatan di departemen pengecatan, pemprosesan data didepartemen komputer,dan tagihana dibayar di departemen hutang.
Kebaikan layout fungsional, layout fungsional menghasilkan penggunaan spesialisasi mesin dan personalia yang paling baik. Departemen-departemen fungsional juga flexsibel dan dapat memproses berbagai bermacam-macam produk. Mesin-mesin serbaguna dimana biasanya memperlukan biaya lebih kecil dibandingkan mesin-mesin khusus. Produk-produk atau jasa-jasa yang memerlukan operasi yang berbeda-beda dapat dengan mudah mengikuti jalur berbeda melalui fasilitas-fasilitas produksi.
Fasilitas-fasilitas fungsional tidak terpengaruh oleh kerusakan salah satu mesin, karena bisa dialihkan ke mesin lain yang mempunyai fungsi yang serupa, dan penundaan jarang akan mengganggu kemajuan pesanan-pesanan lain. Bila produk sangat bervariasi dan dibuat dalam jumlah sedikit biaya akan lebih murah dengan layout fungsional dibandingkan layout produk. Dan dengan mesin dan karyawan tidak saling tergantung, pola ini sesuai untuk pelaksanaan sistem upah borongan.  
Keburukan layout fungsional. Mesin-mesin serbaguna biasanya beroperasi lebih lambat dibandingkan dengan mesin-mesin khusus, sehingga biaya operasi per satuan lebih tinggi. Penentuan routing, scheduling, dan akuntansi biayanya memakan biaya karena setiap pesanan baru dikerjakan tersendiri secara terpisah. Penanganan bahan (materials handling) dan biaya transportasi dalam pabrik tinggi, karena produk-produk yang berbeda mengikuti jalur (route) yang berbeda pula. Hal ini biasanya tidak ekonomis untuk mempergunakan ban berjalan, sehingga truk-truk atau kereta dorong harus mengangkut barang dalam proses dari pusat mesin satu ke pusat mesin yang lain.
Bahan-bahan dalam pabrik bergerak lamban, sehingga konsekuensinya persediaan barang dalam proses relatif besar dan memerlukan ruang penyimpanan yang luas. Pesanan-pesanan kadang-kadang hilang. Dan juga sulit menjaga keseimbangan antara kebutuhan tenaga kerja dan mesin-mesin, serta sering terjadi proses membalik. Layout fungsional adalah palig baik bagi perusahaan yang memproduksi barang dalam volume-volume kecil dengan macam produk yang banyak. 
                    2.        Layout Produk

Layout produk atau sering disebut “layout garis lurus”, berarti bahwa kebutuhan-kebutuhan operasi produk mendominasi dan menentukan layout mesin-mesin dan peralatan-peralatan lainnya. Produk bergerak, biasanya terus-menerus mengikuti garis ban berjalan melalui tempat-tempat kerja dimana orang-orang dan / mesin-mesin melakukan pekerjaan yang menghasilkan produk akhir.  
Proses produksi terus-menerus (continuous) adalah paling baik untuk pola layout ini terutama bagi produk yang dibuat dalam jumlah yang besar. Produk dipindahkan oleh ban berjalan dari satu tempat ke tempat kerja ke tempat kerja lain baik secara terus-menerus maupun atas dasar ‘berhenti dan terus’. Ini menunjukkan bagaimana televisi, kompor, mobil, dan banyak barang-barang elektronik lainnya dibuat. Pada tempat kerja individual pekerjaan mungkin merupakan kerja tangan (manual), bicaranya dalam kerja perakitan, atau mungkin merupakan kerja mesin, biasanya dalam pembuatan komponen-komponen. Macam produksi ini sering disebut”layout Garis-Lurus”, walaupun kadangn-kadang garis berhenti pada suatu sudut dan berganti arah.
Bila pekerjaan adalah manual dan memerlukan bantuan peralatan, hampir di semua pekerjaan garis perakitan,operator biasanya mengerjakan dengan peraltan-peralatan yang mudah dijinjing (portable tools). Karena peralatan-peralatan ini harus cukup kecil dan ringan untuk dibawa, maka mempunyai kemampuan yang terbatas. Sebaliknya, produksi komponen-komponen yanng terus-menerus biasanya memerlukan mesin-mesin yang lebih besar, lebih mahal serba guna untuk mengecap, menempa, memotong, mengebor, menggrida, mengetam, mengikir,atau membuat sepotong besi menjadi tajam, sesuai ukuran, berbentuk atau rata seperti kebutuhan. Kebaikan dan keburukan layout perduksi merupakan kebalikan dari kebaikan dan keburukan layout fungsional.
                    3.        Layout Kelompok

Layout kelompok (group layout) memisah-misahkan daerah-daerah dan kelompok-kelompok mesin bagi pembuatan keluarga komponen-komponen yang memerlukan pemprosessan yang sejenis. Setiap komponen diselesaikan di daerah-daerah spesialisasi ini dengan keseluruhan urutan pengerjaan mesin dilakukan ditempat tersebut.
Beberapa kebaikan layout kelompok adalah penghematan biaya penanganan bahan: kemponen-komponen tidak harus diangkut dari sudut ke sudut pabrik yang berjauhan, dan lebih mudah untuk mengetahui dimana setiap kelompok produk berada. Waktu pengiriman dapat lebih tepat diperkirakan dan scheduling menjadi sederhana. Biaya penyiapan (set up) sering dapat dikurangi karena dapat mendasarkan diri pada operasi yang lalu, jadi membuatnya mungkin untuk mempergunakan bagian dari set up yang telah tersusun. 
                    4.        Layout Posisi Tetap

Layout posisi tetap (fixed position layout) sering digunakan untuk produk-produk besar dan kompleks, seperti pabrik-pabrik mesin itu sendiri,lokomotif,turbin listrik, kapal terbang , kapal laut, jembatan, dan rumah-rumah pabrikan. Dalam hal ini produk mungkin berada pada satu lokasi selama periode perakitan lengkap seperti dalam kasus pembuatan kapal. Atau mungkin tinggal di satu tempat untuk waktu yang lama barangkali beberapa minggu sampai pekerjaan tertentu dilakukan. Kemudian dipindhakan ke tempat perakitan lainnya dimana pekerjaan selanjutnya dilakukan secara total, hal ini mungkin berpindah-pindah hanya 4 atau 5 kalinya.
Ada sedikit kebaikan ekonomis metode tempat kerja tetap ini, kecuali menghindarkan biaya-biaya yang cukup tinggi karena produk dipindahkan dari satu tempat kerja ke tempat kaerja lain terlalu sering, mungkin pengaturan tempat kerja yang tetap merupakan satu-satunya kemungkinan cara merakit produk-produk besar.

rangkuman rasio solvabilitas



                                                                               I.        PENGERTIAN RASIO SOLVABILITAS
Berdasarkan buku “Analisis Kinerja Keuangan” milik Irham Fahmi menyebutkan definisi analisis ‘Rasio Solvabilitas Merupakan gambaran kemampuan suatu perusahaan dalam memenuhi dan menjaga kemampuannya untuk selalu mampu memenuhi kewajibannya dalam membayar utang secara tepat waktu’.
Sedangkan Menurut Kasmir dalam bukunya yang berjudul “Analisis Laporan Keuanngan” bahwa Rasio Solvabilitas atau Leverage Ratio merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur sejauh mana aktiva perusahaan dibiayai dengan utang, artinya berapa besar beban utang yang ditanggung perusahaan dibandingkan dengan aktivanya.
Dengan demikian dapat saya simpulkan bahwa rasio solvabilitas itu adalah bagaimana cara perusahaan agar mampu menjaga dan memenuhi kewajiban jangka pendek dan jangka panjangnya.

                                                                                  II.        IMPLIKASI RASIO SOLVABILITAS
Menurut Fred Weston dalam buku Kasmir yang berjudul (Analisis Laporan Keuangan) rasio solvabilitas memiliki beberapa implikasi sebagai berikut:
    Kreditor mengharapkan ekuitas (dana yang disediakan pemilik) sebagai margin keamanan. Artinya jika pemilik memiliki dana yang kecil sebagai modal, resiko bisnis terbesar akan ditanggung oleh kreditor.
    Dengan pengadaan dana melalui utang, pemilik memperoleh manfaat berupa tetap dipertahankannya penguasaan atau pengendalian perusahaan.
    Bila perusahaan mendapat penghasilan lebih dari dana yanng dipinjamkannya dibandingkan dengan bunga yang harus dibayarnya, pengembalian kepada pemilik diperbesar.
Dalam praktiknya, apabila hasil perhitungan, perusahaan ternyata memiliki rasio solvabilitas yang tinggi, hal ini aakan berdampak timbulnya resiko kerugian lebih besar, tetapi juga ada kesempatan mendapat laba lebih besar. Sebaliknya apabila perusahaan memiliki rasio solvabilitas lebih rendah tentu mempunyai resiko kerugian lebih kecil pula, terutama pada saat perekonomian menurun. Dampak ini juga mengakibatkan rendahnya tingkat hasil pengembalian (return) pada saat perekonomian tinggi. Dalam pengukuran rasio solvabilitas atau ratio leverage, dilakukan melalui 2 pendekatan, yaitu:
ö    Mengukur rasio-rasio neraca dan sejauh mana pinjaman digunakan untuk permodalan.
ö    Melalui pendekatan rasio-rasio laba rugi.

                                                                                   III.        TUJUAN RASIO SOLVABILITAS
Pengaturan rasio yang baik akan memberikan banyak manfaat bagi perusahaan bagi perusahaan guna menghadapi segala kemungkinan yang akan terjadi. Namun semua kebijakan ini tergantung dari tujuan perusahaan secara keseluruhan. Beberapa tujuan perusahaan dengan menggunakan rasio solvabilitas yakni:
ß  Untuk mengetahui posisi perusahaan terhadap kewajiban kepada pihak lainnya (kreditor).
ß  Untuk menilai kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban yang bersifat tetap (seperti angsuran pinjaman termasuk bunga).
ß  Untuk menilai keseimbangan antara nilai aktiva khususnya aktiva tetap dengan modal.
ß  Untuk menilai seberapa besar aktiva perusahaan dibiayai oleh utang.
ß  Untuk menilai seberapa besar pengaruh utang perusahaan terhadap pengelolaan aktiva.
ß  Untuk menilai atau mengukur berapa bagian dari setiap rupiah modal sendiri yang dijadikan jaminan utang jangka panjang.
ß  Untuk menilai berapa dana pinjaman yang segera akan ditagih, terdapat sekian kalinya modal sendiri yang dimiliki
ß  Tujuan lainnya.
                                                                                IV.        MANFAAT RASIO SOLVABILITAS
Sementara itu, manfaat rasio solvabilitas atau leverage ratio adalah sebagai berikut:
Ü  Untuk menganalisis kemampuan posisi perusahaan terhadap kewajiban kepada pihak lainnya.
Ü  Untuk menganalisis kemampuan perusahaan memenuhi kewajiban yang bersifat tetap.
Ü  Untuk menganalisis keseimbangan antara nilai aktiva khususnya aktiva tetap dengan modal.
Ü  Untuk menganalisis seberapa besar aktiva perusahaan yang dibiayai oleh utang.
Ü  Untuk menganalisis seberapa besar utang perusahaan berpengaruh terhadap pengelolaan aktiva.
Ü  Untuk menganalisis atau mengukur berapa bagian dari setiap rupiah modal sendiri yang dijadikan jaminan utang jangka panjang.
Ü  Untuk menganalisis berapa dana pinjaman yang segera akan ditagih ada terdapat sekian kalinya modal sendiri.
Ü  Manfaat lainnya.
Intinya adalah dengan analisis rasio solvabilitas, perusahaan akan mengetahui beberapa hal berkaitan dengan penggunaan modal sendiri dan modal pinjaman serta mengetahui rasio kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajibannya. Setelah diketahui, manajer keuangan dapat mengambil kebijakan yang dianggap perlu guna menyeimbangkan penggunaan modal. Akhirnya, dari rasio ini kinerja manajeman selama ini akan terlihat apakah sesuai tujuan perusahaan atau tidak.

                                                                              V.        JENIS-JENIS RASIO SOLVABILITAS
Biasanya penggunaan rasio solvabilitas atau leverage disesuaikan dengan tujuan perusahaan. Artinya perusahaan dapat menggunakan rasio leverage secara keseluruhan atau sebagian dari masing-masing jenis rasio solvabilitas yang ada. Penggunaan rasio secara keseluruhan, artinya seluruh jenis rasio yang dimiliki perusahaan, sedangkan sebagian artinya perusahaan hanya menggunakan beberapa jenis rasio yang dianggap perlu untuk diketahui. Dan terdapat beberapa rasio solvabilitas yang sering digunakan perusahaan. Adapun jenis-jenis rasio yang ada dalam rasio solvabilitas antara lain :
1.    Debt to asset (debt ratio)/ total utang terhadap total aktiva
Merupakan rasio utang yang digunakan untuk mengukur perbandingan antara total utang dengan total aktiva. Dengan kata lain, seberapa besar aktiva perusahaan dibiayai oleh utang atau seberapa besar utang perusahaan berpengaruh terhadap pengelolaan aktiva.
Dari hasil pengukuran, apabila rasionya tinggi, artinya pendanaan dengan utang semakin banyak maka semakin sulit bagi perusahaan untuk memperoleh tambahan pinjaman karena dikhawatirkan perusahaan tidak mampu menutupi utang-utangnya dengan aktiva yang dimilikinya. Demikian pula apabila rasionya rendah, semakin kecil perusahaan dibiayai dengan utang. Standar pengukuran untuk menilai baik tidaknya rasio perusahaan, digunakan rasio rata-rata industri yang sejenis.  
2.    Debt to equity ratio/ total utang terhadap modal
Merupakan rasio yang digunakan untuk menilai utang dengan ekuitas. Rasio ini dicari dengan cara membandingkan antara seluruh utang, termasuk utang lancar dengan seluruh ekuitas. Rasio ini berguna untuk mengetahui jumlah dana yang disediakan peminjam (kreditor) dengan pemilik perusahaan. Dengan kata lain, rasio ini berfungsi untuk mengetahui setiap rupiah modaal sendiri yang dijadikan untuk jaminan utang.
Bagi bank (kreditor), semakin besar rasio ini akan semakin tidak menguntungkan karena akan semakin besar resiko yang ditanggung atas kegagalan yang mungin terjadi di perusahaan. Namun, bagi perusahaan justru semakin besar rasio akan semakin baik. Sebaliknya dengan rasio yang rendah, semakin tinggi tingkat pendanaan yang disediakan pemilik dan semakin besar batas pengamanan bagi peminjam jika terjadi kerugian atau penyusutan terhadap nilai aktiva. Rasio ini juga memberikan petunjuk umum tentang kelayakan dan resiko keuangan perusahaan.
Debt to equity ratio untuk setiap perusahaan tentu berbeda-beda tergantung karakteristik bisnis dan keberagaman arus kasnya. Perusahaan dengan arus kas yang stabil biasanya memiliki rasio yang lebih tinggi dari rasio kas yang kurang stabil.
3.    Long term debt to equity ratio/ rasio utang jangka panjang terhadap modal
Merupakan rasio antara utang jangka panjang dengan modal sendiri. Tujuannya adalah untuk mengukur berapa bagian dari setiap rupiah modal sendiri yang dijadikan jaminan utang jangka panjang dengan cara membandingkan antara utang jangka panjang dengan modal sendiri yang disediakan oleh perusahaan.
Rumusan untuk mencari Long term debt to equity ratio adalah dengan menggunakan perbandingan antara utang jangka panjang dengan modal sendiri
4.    Times interest earned/ Rasio kelipatan bunga yang dihasilkan
Menurut J. Fred Weston Times interest earned merupaka rasio untuk mencari jumlah kali perolehan bunga. Rasio ini diartikan oleh James C. Van Horne juga sebagai kemampuan perusahaan untuk membayar biaya bunga, sama seperti coverage ratio.
Jumlah kali perolehan bunga atau times interest earned merupakan rasio untuk mengukur sejauh mana pendapatan dapat menurun tanpa membuat perusahaan merasa malu karena tidak mampu membayar biaya bunga tahunannya. Apabila perusahaan tidak mampu membayar bunga, dalam jangka panjang menghilangkan kepercayaan dari para kreditor. Bahkan ketidakmampuan menutup biaya tidak menutup kemungkinan akan mengakibatkan adanya tuntutan hukum dari kreditor. Lebih dari itu, kemungkinan perusahaan menuju ke arah pailit semakin besar.
Secara umum semakin tinggi rasio semakin besar kemungkinan perusahaan dapat membayar bunga pinjaman dapat menjadi ukuran untuk memperoleh tambaha pinjaman baru bagi kreditor. Demikian pulasebaliknya apabila rasionya rendah, semkain rendah pula kemampuan perusahaan untuk membayar bunga dan biaya lainnya.
Untuk mengukur rasio ini, digunakan perbandingan antara laba sebelum bunga dan pajak dibandingkan dengan biaya bunga yag dikeluarkan. Dengan demikian, kemampuan perusahaan untuk membayar bunga pinjaman tidak dipengaruhi oleh pajak.
5.    Fixed charge coverage/ lingkup biaya tetap
Merupakan rasio yang  menyerupai times interest earned ratio. Hanya saja perbedaannya adalah rasio ini dilakukan apabila perusahaan memperoleh utaang jangka panjang atau menyewa aktiva berdasarkan kontrak sewa (lease contract). Biaya tetap merupakan biaya bunga ditambah kewajiban sewa tahunan atau jangka panjang.